Kemitraan Ayam Broiler

Ayam Broiler

Ayam Broiler

Ternak-online. Kemitraan berasal dari kata mitra, yang berarti teman, kawan atau sahabat. Kemitraan muncul karena minimal ada dua fihak yang bermitra. Keinginan untuk bermitra muncul dari masing-masing fihak, walaupun dapat pula terjadi, bahwa kemitraan muncul akibat peranan fihak ketiga.

Di bidang pertanian pada umumnya, di bidang peternakan ayam broiler khususnya, satu fihak yang bermitra adalah petani atau peternak yang melaksanakan budi daya, sedangkan fihak lainnya adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha pengadaan input dan atau usaha pengolahan dan pemasaran hasil. Apakah keinginan bermitra muncul dari masing-masing fihak, ataupun atas peranan fihak ketiga, sebenarnya munculnya kemitraan merupakan suatu keharusan atau secara alamiah harus terjadi. Hal ini terkait dengan dua hal; yang pertama, apabila kita ingat bahwa budidaya peternakan ayam broiler hanya merupakan satu sub-sistem dari sistem agribisnis peternakan ayam broiler secara menyeluruh, maka peternak budidaya tidak dapat berdiri sendiri; yang kedua, pertimbangan bahwa kekuatan dan kelemahan ada pada masing-masing fihak dan masing-masing mempunyai keinginan untuk saling mengisi.

Berkenaan dengan hal yang pertama, budidaya peternakan ayam broiler hanyalah merupakan salah satu sub-sistem saja dari sistem agribisnis peternakan ayam broiler secara menyeluruh. Kita tidak lagi mengembangkan peternakan dari segi budidaya saja, tidak lagi melakukan pendekatan bagaimana peternak memproduksi broiler. Kita harus melakukan pendekatan agribisnis secara menyeluruh, yaitu pendekatan di sub-sistem pengadaan input atau sub-sistem pra-produksi, di sub-sistem budidaya atau proses produksi dan di sub-sistem pengolahan dan pemasaran atau sub-sistem pasca-produksi; bahkan juga harus melakukan pendekatan pada komponen-komponen atau faktor-faktor lain yang terkait dengan sistem agribisnis.

Di Amerika Serikat, kemitraan sudah muncul pada tahun 1950, disebut dengan bisnis integrasi vertikal. Dengan menyimak Gambar 1, apabila gambar tersebut diputar 90 derajat dan memfokuskan pada kotak-kotak perusahaan pembibitan, pabrik pakan dan obat-obatan, budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran, maka terlihatlah apa yang disebut dengan integrasi vertikal, yakni integrasi antar kotak-kotak tersebut.

Perubahan dari sistem independen ke sistem integrasi vertikal di Amerika Serikat sudah berlangsung dari tahun 1925 sampai tahun 1950, dan dipacu lebih lanjut dengan pertumbuhan produksi yang sangat cepat. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi pembibitan dan pakan ayam broiler yang sangat pesat, paling pesat dibanding dengan perkembangan komoditi ternak lainnya. Selama 75 tahun terakhir, berat hidup akhir broiler meningkat dari 1,0 menjadi 2,3 kg, dengan konversi pakan membaik dari 4,7 menjadi 1,8, kematian menyusut dari 18 menjadi 5%, dan umur penjualan lebih cepat dicapai dari 112 menjadi 42 hari. Demikianlah pertumbuhan produksi bahkan lebih cepat daripada pertumbuhan daya serap pasar, yang mengakibatkan banyak perusahaan pembibitan, pabrik pakan dan usaha budidaya bangkrut. Tadinya masing-masing unit usaha tersebut secara independen mencari keuntungan sendiri. Setelah terintegrasi, unit-unit itu dikelola secara terpadu dengan menyatukan biaya sehingga biaya produksi lebih efisien. Disamping itu, untuk memenuhi segmen pasar yang bervariasi berdasarkan preferensinya, maka integrasi juga mencakup sampai ke pengolahan hasil dan pemasaran; jadi lengkaplah dari hulu sampai ke hilir. Jumlah ‘pemain’nya memang menjadi sedikit, tetapi skala usahanya menjadi lebih besar.

Bagaimana dengan yang terjadi di Indonesia ? Keadaannya sangat berbeda. Pada saat di Amerika Serikat terjadi perubahan dari sistem independen ke sistem integrasi vertikal (1950), Indonesia baru mengenal ayam kampung, sedangkan ayam ras dipelihara sebagai hobi, dan ayam ras yang diimpor pada tahun 1960-an bukan merupakan stok komersial. Pengenalan ayam ras stok komersial baru terjadi pada tahun 1970-an dengan diadakannya Bimbingan Masal Ayam (Bimas Ayam). Setelah itu terlihat investasi secara besar-besaran, baik di bidang pembibitan, pakan maupun budidaya pada kurun waktu dari tahun 1970 sampai tahun 1980. Pertumbuhan sangat cepat disertai dengan adanya rasa ketidak-adilan atau ada yang menyebut dengan ‘kecemburuan’, antara peternak rakyat dan perusahaan atau industri peternakan. Kebijakan Pemerintah melakukan restrukturisasi usaha (Keputusan Presiden nomor 50 tahun 1981), yang membatasi skala usaha budidaya sedemikian sehingga budidaya hanya khusus diperuntukkan bagi peternak rakyat, tidak mengurangi gejolak. Sehubungan dengan hal itu, maka dikembangkan sistem apa yang disebut sebagai sistem Perusahaan Inti-Rakyat (PIR). Perusahaan diharapkan sebagai inti, sedangkan peternak rakyat sebagai plasma, keduanya diharapkan bekerjasama saling menguntungkan. Istilah inti dan plasma meminjam istilah biologi, bahwa dalam suatu sel ada satu inti berada di lingkungan plasma; keduanya harus ada dan bersinergi sedemikian sehingga kehidupan dalam sel dapat berlangsung secara harmonis.

Apabila kita cermati gambaran fungsi produksi dari perusahaan peternakan (pembibitan, pakan, obat-obatan) dan peternakan rakyat, dapat kita lihat perbedaan yang mencolok, sebagai berikut.

Perusahaan peternakan: P = f (Modal, Teknologi, Manajemen, Tenaga kerja).

Peternakan rakyat: P = f (Tenaga kerja).

Faktor produksi unggulan perusahaan peternakan adalah modal, teknologi dan ketrampilan manajemen; sedangkan faktor produksi unggulan peternakan rakyat adalah tenaga kerja. Perusahaan peternakan mempunyai skala usaha besar, motif memaksimumkan laba, penumpukan modal, teknologi canggih, produktivitas tinggi, kultur rasional dan profesional. Peternakan rakyat mempunyai skala usaha kecil, motif rumah-tangga, teknologi sederhana, produktivitas rendah, kultur kekeluargaan. Maksud mengembangkan sistem PIR adalah antara lain transfer teknologi, aliran modal kerja dan transfer ketrampilan manajemen, dari perusahaan ke peternakan rakyat.

Di satu fihak, ada yang mengatakan bahwa peternakan rakyat yang semula tumbuh dengan pesat pada tahun 1970-an, pada tahun 1990 berhenti karena tidak dapat bersaing dengan perusahaan peternakan. Usaha Pemerintah untuk melakukan intervensi pasar tidak dapat berhasil, dan peternak rakyat tidak ada lagi. Yang ada adalah peternak yang bermitra dengan perusahaan pemilik modal. Di lain fihak, ada yang mengatakan bahwa yang terjadi adalah perkembangan peternakan rakyat kearah skala usaha yang lebih besar, dengan jumlah ‘pemain’ (peternak) menurun dengan kinerja efisiensi yang lebih tinggi.

Beberapa pertanyaan dan keluhan sering muncul sehubungan dengan pelaksanaan kemitraan: 1) sudahkah hubungan kemitraan memenuhi azas saling menguntungkan? 2) peternak mitra hanya menjadi ‘sapi perahan’ pemilik modal, 3) peternak mitra adalah penanggung risiko terbesar (menanggung risiko kenaikan harga input, terutama bibit dan pakan) dan 4) pada saat harga output baik, keuntungan masih tetap lebih besar dinikmati pemilik modal. Pertanyaan dan keluhan tersebut sering muncul, namun yang perlu dicatat adalah munculnya pertanyaan dan keluhan tersebut adalah pada saat-saat tertentu yang memang sedang merugikan peternak mitra; sebaliknya tidak muncul pada saat-saat yang menguntungkan. Hitungan-hitungan untung rugi memang harus dilakukan tidak hanya sesaat, melainkan dalam jangka panjang, karena harga-harga input dan output memang selalu berfluktuasi. Tiga grafik utama yang dibuat dari data bulanan dan tahunan sangat diperlukan, yaitu harga pakan, harga bibit ayam dan harga jual daging broiler, untuk kemudian dapatlah ditentukan kapan menguntungkan dan kapan merugikan bagi kedua fihak. Kita tidak akan membahas ini, karena kenyataannya toh banyak peternak mitra yang masih bertahan. Yang penting adalah benar, bahwa peternak mitra memang termasuk fihak yang lemah, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu lemah dalam permodalan, teknologi dan ketrampilan manajemen. Oleh karena itu, yang penting pula dikemukakan lebih lanjut adalah langkah-langkah apa yang perlu dilakukan, yaitu di satu fihak bagaimana perusahaan inti atau pemilik modal menjalankan fungsi sebenarnya dalam bermitra, di lain fihak bagaimana peternak mitra agar lebih berdaya.

Pemberdayaan kata memberi daya, atau memberi ‘energi’. Pemberdayaan adalah upaya memberi daya kepada mereka yang kurang atau yang tidak berdaya agar dapat mendayagunakan diri dan potensinya. Dalam era globalisasi, kesempatan yang muncul dari ekonomi terbuka adalah hanya dapat dimanfaatkan oleh golongan ekonomi yang lebih siap dan lebih maju. Perbedaan dalam hal pemanfaatan ini mendorong munculnya tingkat produktivitas dan kemajuan. Berikut adalah beberapa pemikiran dalam rangka usaha agar peternak lebih berdaya.

Yang pertama adalah pergeseran menuju peternak yang berkebudayaan industri dalam sistem agribisnis. Empat indikator yang menunjukkan belum terwujudnya perilaku berkebudayaan industri dalam sistem agribisnis adalah (Gambar 1 dapat lebih menjelaskan) 1) sebagian besar perilaku peternak masih didominasi oleh perilaku teknis produksi, 2) hubungan peternak dalam sistem agribisnis masih rendah, 3) pola pikirnya masih memikirkan kepentingan sendiri dan 4) kurang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pergeseran menuju peternak yang berkebudayaan industri yaitu menjadikan pengetahuan dan teknologi sebagai landasan pengambilan keputusan dan memajukan usahanya, memanfaatkan mekanisme pasar sebagai media utama dalam sebuah perdagangan, melakukan usaha dengan efisien, produktif, profesional dan berorientasi pada mutu sesuai permintaan pasar. Pergeseran ini bukan merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari peternak, namun juga fihak lain, terutama adalah tanggung jawab perusahaan inti yang bermitra, di samping lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan, serta perguruan tinggi. Program-program lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan serta perguruan tinggi dalam hal ini harus berorientasi kepada kebutuhan peternak, baik dalam hal penerapan teknologi, pengembangan jaringan informasi pasar maupun analisis kebijakan bisnis peternak. Program penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh dosen bersama mahasiswa mempunyai berbagai manfaat, yaitu 1) peternak mendapatkan pendampingan manajemen secara murah, 2) mahasiswa langsung mengenal dunia usaha, suatu bekal yang sangat berharga bagi mahasiswa terutama yang akan berkecimpung dalam dunia konsultan peternakan, 3) perguruan tinggi mendapatkan penilaian akuntabilitas dalam kepeduliannya pada masyarakat kecil. Dengan lain perkataan, ada tiga pengembangan yaitu pengembangan masyarakat, pengembangan kepribadian mahasiswa dan pengembangan institusi perguruan tinggi.

Pemikiran tentang pengembangan kemitraan yang kedua adalah pengembangan organisasi peternak. Walaupun sudah ada organisasi peternak misalnya PPUI, PPUN, PPAN, namun yang dimaksud di sini adalah organisasi pada tingkatan yang lebih bawah yang fungsi utamanya adalah bergerak dalam usaha bisnisnya. Salah satu contoh sederhana adalah penjualan kolektif kotoran ayam ke perkebunan sawit, simpan pinjam yang sangat mendukung pembuatan atau perbaikan kandang. Lebih jauh lagi, sangat dimungkinkan peternak membentuk kelompok sedemikian kuatnya sehingga dapat membangun pembibitan sendiri walau secara terbatas, dan pengadaan pakan di tingkat kelompok, dengan memanfaatkan dana pengembangan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah. Dalam hubungannya dengan perusahaan besar, dengan adanya organisasi yang kuat akan lebih meningkatkan kekuatan-menawar dalam menandatangani dan melaksanakan kontrak-kontrak kerjasama.

Yang ketiga adalah pengembangan lembaga pendanaan pedesaan atau keuangan mikro, yang dikelola oleh kelompok peternak. Belajar dari pengalaman kegagalan sistem konglomerasi, maka banyak pihak kini berpaling ke penyaluran dana ke usaha kecil, mikro dan menengah, karena perekonomian rakyat pada umumnya terbukti kenyal untuk mampu bertahan dalam hempasan krisis.

Yang keempat, terkait dengan ketiga hal di atas adalah memperluas cakupan budidaya yang dilakukan oleh peternak, karena peternak yang lebih berdaya dalam organisasi yang kuat, tentu akan mampu mengambil alih peranan pedagang sapronak dan pedagang broiler hidup maupun karkas. Sementara posisi inti masih banyak yang berfungsi sebagai perantara dalam menyalurkan input dan output, keuntungan besar ada di fihak perantara ini yakni dari sisi perusahaan pakan, pembibit dan obat-obatan; demikian pula keuntungan besar ada pada proses pemasaran hasil. Walaupun demikian, kiranya tidak mungkin peternak akan mengambil alih semua fungsi dari komponen-komponen sistem agribisnis. Hanya saja, mengurangi jalur perantara yang bagi peternak dianggap tidak perlu, untuk selanjutnya berhubungan langsung dengan pabrik pakan, pembibitan dan obat-obatan serta rumah potong ayam adalah hak yang harus diperjuangkan. Kesimpulannya adalah bahwa kemitraan tetap berlangsung. Tentu saja, seleksi alam akan berlangsung, yaitu jumlah peternak mungkin berkurang namun mempunyai skala usaha yang lebih besar dan efisien.

Demikianlah empat pemikiran yang diharapkan sebagai sumbangan bagi perkembangan kemitraan peternakan ayam broiler di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Penulis, Krisna Agung Santosa

Fakultas Peternakan UGM

Sumber gambar: garasibu.files.wordpress.com/2008/01/imgp0071.jpg

44 thoughts on “Kemitraan Ayam Broiler

  1. saya butuh info jenis bibit ayam broiler dan harga per box nya dan pakan ayamnya yang murah tapi berkualitas tinggi dan baik…

  2. kepada Bp. Krisna (penulis)
    dalam tulisan anda disebutkan adanya 3 data yang diperlukan untuk kemitraan yang baik, grafik harga pakan, doc, dan harga jual.
    pertanyaan saya apakan saat ini telah ada grafik tersebut secara nasional atau pun daerah.
    hal ini untuk bahan rujukan sebuah rencana kerja sama.
    thanks untuk informasinya

  3. terimakasih pak krisna..atas informasinya. Karena informasi ini sangat berguna bagi saya,sebagai bahan mengajar anak SMA peternakan di Aceh. Saya Alumni Fapet UGM angkatan 2002 jurusan Sosial ekonomi. Jadi saya mantan anak didik bapak. Ijin pak, salam buat bapak ibu dosen sosek fapet ugm yang lain seperti ibu suci, bapak tri sakti, ibu ani, dan lain-lain dari saya yang sudah merantau di aceh. Meskipun di aceh tidak ada kemitraan di bidang peternakan, karena mereka lebih suka memelihara sendiri…

  4. hebat..saya pgen berwira swasta tp keahlian saya dah lama gak di pake.dah lama saya kerja di restoran yg bkn jurusan saya.timbul niat wiraswasta tp dah sedikit lp management petrnakan.bisa bantu cari solusinya?tq

  5. salam kenal..sejauh ini peternakan di indonesia saya rasa lemah sekali dalam urusan “KESEIMBANGAN” harga di pasar..bahkan bisa di bilang sangat tidak stabil…ambil contoh kasus ayam JANTAN pedaging ..jika melihat harga pada desember 2009 harga Rp 21.000,00;/kg..sekarang (tgl 20-maret-2010)harganya.Rp.9000,00..nah hal inilah yang menjadikan para peternak(seperti)saya ini selalu bertanya ;APAKAH INI PERMAINAN PASAR(TENGKULAK);ATAU MEMANG PEMERINTAH TIDAK PUNYA STANDAR HARGA YANG PATEN ..mohon pencerahan…peternak ayam boiler dan pejantan banyuwangi

  6. Sayang tempat pak agung agak jauh dari bandung, jika dekat saya perlu bantuannya untuk jadi narasumber sekitar kemitraan agribisnis peternakan.

  7. Salam kenal, pa saya sudah bermitra dengan perusahaan kemitraan ayam broiler sejak mei 2009 sampai sekarang, kapasitas ayam 4500 s/d 5000, dari hasil berternak selama ini belum pernah merasakan keuntungan, hanya hasil yang didapat hannya untuk bekal periode berikutnya saja dan saya merasa sia sia saja mungkit bisa dikatakan sebagai yg telah di uraikan diats yaitu sebagai sapi perahan saja, apakah saya harus ganti perusahaan kemitraannya?
    trimakasih.

  8. mau tanya..yang dimaksud skala usaha kecil berapa jumlah ekor ayam yang dipelihara. sampai berapa ekor???
    b. skala usaha menengah dari berapa ekor sampai berapa??
    c. dan jumlah skala besar berapa sampai berapa ekor. tolong secepatnya dibalas ya

  9. Betul Pak Kris,selama ini para peternak merasa dirugikan.
    Perbandingan keuntungan pihak peternak terhadap pihak pemodal kurang lebih 1:3 ,jadi peternak merasa di rugikan.Ini harus di perjuangkan biar rakyat sejahtera.

  10. Salam kenal,

    Nama saya Harry, saya ingin belajar lebeh dalam lagi
    tetntang ternak unggas potong yang mulai dari DOC hingga dijual lagi ( kemitraan ) caranya bagaimana agar keinginan saya bisa terpenuhi, saya berdomisili di Solo.

    Saya tunggu informasi lebih lanjut, terima kasih

  11. Nama saya Anton, saya seorang karyawan yang ingin sekali punya usaha sampingan, saya tertarik dengan kemitraan ternak ayam pedaging. Mohon informasi perusahaan yang bergerak dibidang kemitraan ayam di daerah solo. Bagi yang sudah berpengalaman perusahaan mana yang paling menguntungkan peternak
    salam…..matur nuwun

  12. setiap usaha memang sebaiknya dilakukan dari nol, agar kita mengerti dari awal/dasarnya.
    kemitraan adalah suatu batu loncatan dimana banyak pengusaha kecil terbentur dari dana untuk memulai usaha tersebut.
    tetapi sesuatu yang dirintis kecil tidak selamanya harus menjadi kecil. untuk menjadi besar tentunya kita harus senantiasa tekun, berjuang, kerja keras, terus menggali perkembangan tehnologi, manajemen yang terukur,dan pendukung lainnya, agar kita juga bisa mandiri dan mapan. Dan jika mungkin usaha tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi besar.

  13. kemitraan tidak selamanya membuat dampak yang bagus bagi para peternak. kebanyakan banyak peternak dirugikan, oleh kontrak harga pasar yang minim, serta harga obat-obatan dan pakan yang melebihi harga pasar. Untuk suatu kemitraan memang harus dirancang/disusun kembali oleh pihak pemerintah, agar kemitraan dapat terjalin lebih harmonis dan memberi keseimbangan dalam kedua pihak

  14. kami ingin membuka usaha peternakan ayam/kambing dengan pola kemitraan. mohon info mengenai sistem dan prosedur kerjasamanya. atas perhatian dan bantuan mas Ari kami ucapkan terima kasih

  15. saya barrie, yg baru mulai belajar beternak ayam broiler, mohon kiranya pemasarannya, beternak yg baik dan menguntungkan

  16. bismillah,pak saya ingin jadi mitra bapak cara dan prosedurnya gimana,dan perhitunganya?jazzakumullahukhairon balas ke email saya

  17. mohon bantuannya saya ingin menjadi plasma untuk ternak boiler di daerah Bandung dan sekitarnya. tolong bantuan nama perusahaan yang bisa dijadikan bapak angkat atau kerjasama, serta alamatnya. Atas bantuannya saya ucapkan terimakasih, mudah2an Alloh memudahkan kita semua. wass.

  18. Selamat pagi pak, saya Hendrik dari Sukabumi, saya tertarik dengan kemitraan ayam broiler, saya mempunyai lahan 2800 m2, dekat irigasi, baik kah apabila saya buat kolam peternakan ikan diatasnya dibuat peternakan ayam broiler. Salam

    • Boleh minta Infonya pak.

      Perusahaan mana yang sekarang sedang bekerja sama dengan saudara.
      Kebetulan saya sedang mencai Info mengenai perusahaan mitra.

      Terima kasih buat info yang bisa diberikan.

      salam kenal,

      Choir

  19. Saya berminat untuk berMITRA ternak ayam boiler, lokasi kandang ayam saya ada di daerah Banjaran Bandung. Adakah info perusahaan yang bisa dihubungi ?

    • sedikit komentar,
      bau dari kandang ayam, itu disebabkan oleh amoniak yang terkandung di dalam kotoran ayam, berdasarkan pengalaman, amoniak ini sebenarnya sangat berbahaya untuk ayam itu sendiri, bisa menyebabkan penyakit bahkan kematian, apabila sudah mulai tercium bau amoniak, sebaiknya sekam mulai diganti sedikit sedikit, sehinggal kandang pun tidak bau amoniak dan ayam pun jauh lebih sehat. catatn . untuk penggantian sekam sebaiknya tidak sekaligus, tapi diatur sedimikian rupa agar ayam tetap nyaman dan tidak terganggu

  20. Saya mempunyai usaha AYAM TULANG LUNAK ( http://www.tulanglunakgerobakan.com )
    saat ini sy sedang ingin beternak sendiri u/ memenuhi kebutuhan
    usaha sendiri. Sy sudah mencoba di daerah BABELAN BEKASI
    (www.ayamsupersehat.com) dan akan mengembangkan lagi dgn konsep
    kemitraan dgn PEMILIK KANDANG di sekitar BEKASI. Mhn infonya trm ksh..

  21. Saya tinggal di Lamongan, Jatim. Mohon info alamat kemitraan, karena saya ingin usaha peternalan ayam potong

  22. salam pak, saya mau minta pendapat kepada teman2 yg telah lama terjun kedunia ternak ayam broiler/ teman2 yg mengerti tentang kerjasama PIR atau kerjasama INTI PLASMA , didaerah saya ada sebuah perusaah PT.X yg mengadakan kerjasama dengan peternak. Pt.x menjual hasil panen jauh dari harga pasaran didaerah kami, sehingga peternak mandiri (peternak modal pribadi) merasa dirugikan,peternak mandiri mau tidak mau harus menjual hasil panen ayam sama dngn harga PT.X, dan akibatnya peternak mandiri yg sdh puluhan tahun menjadi peternak mengalami kerugian yg cukup besar. PT.X tidak pernah mengajak peternak mandiri dan asosiasi didaerah kami untuk bekerjasama, bahkan mereka masuk kedaerah kami tidak mengantongi ijin dari istansi terkait yg ada didaerah kami. menurut teman2 ,benarkan apa yg telah PT.X lakukan?. dan apa yg harus kami lakukan selaku peternak mandiri?. trim saran2 nya…..

    S A L A M
    LMB.KUNGCALAT,

  23. Ping-balik: kemitraan ayam broiler | Makanan Siap Saji

  24. Ping-balik: gambar ayam broiler | Makanan Siap Saji

  25. Hmm is anyone else encountering problems with the images
    on this blog loading? I’m trying to find out if its a problem on my end or if it’s the blog.
    Any responses would be greatly appreciated.

Tinggalkan Balasan ke Asep S Batalkan balasan